Langsung ke konten utama

Sabar, sebentar lagi...


“Nanti, ya…”

“Sabar, sebentar lagi.”

Kenyang sekali dengan dua kalimat tadi. Saking seringnya, sampai tidak lagi terhitung berapa kali diucapkan. Walau tidak ingat kapan pertama dikatakan, tapi sadar benar bahwa baru saja, kalimat tadi dikatakan.  

Tidak apa-apa.

Kita masih kaya akan harapan untuk jumpa. Masih sama-sama berusaha untuk percaya bahwa kata ‘nanti’ dan ‘sebentar lagi’ ini akan digantikan dengan ‘besok aku sampai di Jogja, dek.’

Kita hebat, benar?

Tetap saling jaga meski berjauhan, saling menguatkan meski sama-sama sedang rapuh,  saling percaya meski ada banyak sekali ragu yang dipendam diam-diam. Kita hebat sebagai pasangan yang cobaannya adalah jarak dan waktu.

Semoga nyala api untuk mau terus berusaha tetap nyala, ya?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Freelance Content Writer di Hipwee (Part 2)

Banyak yang nanya, suka dan dukanya kerja di Hipwee… Kalau boleh jujur, sebenernya nggak ada dukanya sih. Karena sejatinya bekerja yang sesuai dengan hobi dan kesukaan kita adalah hal paling menyenangkan. Dikejar target yang dalam satu hari harus menulis dua artikel dengan tenggat waktu yang mepet-mepet, putar otak demi mendapat ide yang sejodoh dengan keinginan editor -- sekarang justu jadi hal-hal yang aku kangenin,  Malah, terlalu banyak kesenangan dan keuntungan yang dampaknya masih bisa aku rasakan sampai sekarang. Sebut saja ketika saat ini aku jadi tahu bahwa saat ingin menulis sebuah konten, yang diperhatikan bukan hanya kualitas tulisannya aja. Ada hal-hal yang sering dianggap remeh oleh penulis, namun nyatanya mempengaruhi minat baca pembaca. Seperti halnya pemilihan gambar dan pembuatan judul. Dan sekarang, tiap akan menulis sesuatu, aku selalu merasa perlu memilih diksi yang asik, gambar yang sesuai dengan tulisan dan judul yang berjodoh dengan keseluruhan i...

Dear Perempuan, Berkeinginan Bekerja Sebelum Menikah Itu Bukan Dosa

“Perempuan itu nggak perlu kerja. Selesai sekolah yaudah nikah aja. Lagipula pada akhirnya juga dinafkahi suami.” Celoteh seperti ini, sudah kerap penulis dengar. Miris, namun ada benarnya juga.  Stigma bahwa perempuan memang nggak perlu susah-susah kerja, toh nanti akan menjadi tanggungan suami memang tidak sepenuhnya salah. Setelah menikah, perempuan memang akan diberi nafkah oleh suami. Namun bukan berarti perempuan yang ingin bekerja sebelum bahkan selepas menikah itu lantas dilarang keras. Perempuan ‘zaman now’ bukan lagi perempuan yang bisa diremehkan. Banyak profesi ringan hingga berat yang sudah diisi oleh perempuan. Mulai dari supir busway , pengemudi ojek online , sampai menteri dan juga presiden. Bisa dibilang, posisi perempuan kini tak selalu ada di bawah ketiak lelaki.  Berbeda dengan zaman penjajahan, dimana perempuan belia berkisar belasan tahun wajib sudah menikah dan tidak boleh bersekolah. Perempuanyang hidup di zaman sekarang dibebaskan be...