Langsung ke konten utama

Backpacker yang Pakai Koper




Bandung. Sebuah kota dimana saya selalu bermimpi untuk bisa menjadi bagian dari segala keramaian dan lalu lalangnya. “Kalau besok lulus, aku mau kerja di Bandung aja.” –kata saya 4 tahun lalu, dan hingga kini masih terus saya usahakan. Kenapa Bandung?

Entah. Saya pun tidak tahu kenapa sebegitu jatuh hati dengan kota ini. Sebelumnya pun saya tidak punya kisah romantis dengan lelaki asal Bandung. Namun di benak saya, Bandung itu adem, pusat belanja, dan kaya akan sejarah. Pokoknya saya ingin beranjak dewasa bersama kota Bandung.  
Punya tekad untuk bisa ke Bandung yaitu setelah melihat sahabat saya, Lajeng Padmaratri melancong ke Bandung bersama teman-teman SMA-nya naik kereta. Iri dong saya, makanya saya mengajak Lajeng untuk mau mengantar saya keliling Bandung. Lajeng sih iya-iya saja.


Singkat cerita, saya dan Lajeng merencanakan liburan dua hari semalam ini selama 4 bulan lamanya. Beberapa orang mungkin akan menganggap kami berlebihan karena perlu merencanakan perjalanan ke Bandung saja perlu 4 bulan lamanya. Hal itu kami lakukan karena saya dan Lajeng bukanlah tipe remaja yang mudah minta uang saku dari orangtua hanya untuk untuk liburan, menabung adalah cara ampuh yang bisa menjadikan mimpi kami liburan jadi nyata. Selama 4 bulan kami menabung untuk keinginan liburan tersebut. Sehari kami menabung antara Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00. Alhamdulillah… tabungan tersebut bisa untuk membeli tiket kereta kelas ekonomi pulang-pergi yang kami pesan bahkan 3 bulan sebelum keberangkatan, booking hotel semalam seharga Rp 150.000,00, naik grab keliling kota, makan selama liburan dan beli oleh-oleh di Pasar Baru Bandung. Semua dihitung dengan sangat rinci oleh Lajeng supaya tidak membuat kami berdua kewalahan.


Saya dan Lajeng memang hanya mendatangi jalan-jalan yang terbilang nge-hitz di Bandung. Seperti  Jalan Asia-Afrika, Jalan Sudirman Jalan Braga, mengunjungi china town dan bonusnya pergi makan di Chingu Café. Kenapa tidak pergi ke Lembang? Jujur saja, kami berdua sangat mempertimbangkan ongkos sewa mobil online ke Lembang dan pulang lagi ke kota. Tapi kepuasan sudah saya dapatkan setelah melihat jalan Asia-Afrika yang terkenal itu. Gedung-gedung tua yang hingga kini masih berdiri tegap, menjadi saksi bisu perjalanan waktu Bandung selama beberapa dekade ini.
Yang membuat saya begitu excited adalah, perjalanan ke Bandung ini menjadi perjalanan jauh pertama saya naik kereta dan tanpa di damping orangtua. Mulai dari beli tiket kereta, memilih penginapan, menentukan tujuan dan waktu, saya dan (lebih banyak) Lajeng yang tentukan sendiri.

Hampir tidak ada pengalaman buruk selama di Bandung. Bahkan kehujanan saat berada di china town saya anggap sebagai berkah. Iya dong, kapan lagi bisa menatap langit abu-abunya Bandung dengan sahabat yang sudah menemani saya 14 tahun belakangan ini. Mungkin hanya butuh penyesuaian bahasa, karena selama ini tidak pernah terbiasa dipanggil ‘Teteh’, atau saya yang kebiasaan mengucapkan ‘Matur Nuwun’ dan ‘Enggeh’ saat selesai bercakap dengan seseorang. Gagal sudah keinginan saya untuk tidak menjadi seperti turis di kota orang -_-

Selama di Bandung, kami hidup meribetkan diri sendiri. Apalagi saya yang tetap keukeuh pakai koper daripada memanggul ransel seperti Lajeng. Tapi hal itu tidak menjadi kendala berarti karena memang sejak awal sudah kami berdua niati untuk tidak manja dan mandiri. Ah, perjalanan singkat ini menuntut saya untuk terus berpikir cepat, mau berkolaborasi dengan sahabat lebih banyak daripada sebelumnya dan yang pasti menghilangkan sifat egois dari dalam diri.

Walaupun saya diribetkan dengan koper mini saya, saya tidak akan kapok untuk bertandang lagi ke Bandung. Next trip, saya akan berusaha menabung lebih banyak lagi supaya bisa menikmati Bandung lebih lama lagi. Terimakasih Lajeng dan Bandung, sudah mewarnai masa (setengah) dewasa saya!


Nb : jangan takut untuk menggunakan situs pemesanan hotel. Saya merekomendasikan pegipegi.com karena selain mudah digunakan, pegipegi.com bisa membandingkan harga dari berbagai situs. Jadi kita bisa dapat harga menginap yang paling murah. Dan kebetulan, saya menginap di Unique Guest House yang berlokasi di Jl. Ence Aziz. Untuk harga sewa permalam yang terbilang murah, saya tidak kecewa! Walau kamarnya tidak terlalu luas, tapi tempat tidurnya nyaman dan layak. Dilengkapo kipas angin dan tv. Selain itu saya dan Lajeng dapat sarapan juga! Beruntungnya lagi, di depan Unique Guest House tiap pagi sampai malam berderet penjual makanan, jadi tidak perlu repot kalau tiba-tiba lapar. 

Komentar

  1. Uwaaaah seneng banget bisa jalan2 lagi bareng sahabat, jadi lebih seneng karena ada temen cerita hihi. Sarannya oke juga yg penginapan, semoga bisa ke sini juga seperti kalian hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Yeay! Semoga bisa segera liburan dengan orang tersayang, Kak.
      Semoga masukan bermanfaat. Terimakasih sudah mampir😊

      Hapus
  2. 1xbet | Casino | €/$500 Bonus | 1XBet
    1Xbet offers many exciting 인카지노 games. With it's a 1xbet big selection of slots and jackpots, you'll find a wide variety of dafabet games to choose from. There are more than 150 games

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Freelance Content Writer di Hipwee (Part 2)

Banyak yang nanya, suka dan dukanya kerja di Hipwee… Kalau boleh jujur, sebenernya nggak ada dukanya sih. Karena sejatinya bekerja yang sesuai dengan hobi dan kesukaan kita adalah hal paling menyenangkan. Dikejar target yang dalam satu hari harus menulis dua artikel dengan tenggat waktu yang mepet-mepet, putar otak demi mendapat ide yang sejodoh dengan keinginan editor -- sekarang justu jadi hal-hal yang aku kangenin,  Malah, terlalu banyak kesenangan dan keuntungan yang dampaknya masih bisa aku rasakan sampai sekarang. Sebut saja ketika saat ini aku jadi tahu bahwa saat ingin menulis sebuah konten, yang diperhatikan bukan hanya kualitas tulisannya aja. Ada hal-hal yang sering dianggap remeh oleh penulis, namun nyatanya mempengaruhi minat baca pembaca. Seperti halnya pemilihan gambar dan pembuatan judul. Dan sekarang, tiap akan menulis sesuatu, aku selalu merasa perlu memilih diksi yang asik, gambar yang sesuai dengan tulisan dan judul yang berjodoh dengan keseluruhan i...

Sabar, sebentar lagi...

“Nanti, ya…” “Sabar, sebentar lagi.” Kenyang sekali dengan dua kalimat tadi. Saking seringnya, sampai tidak lagi terhitung berapa kali diucapkan. Walau tidak ingat kapan pertama dikatakan, tapi sadar benar bahwa baru saja, kalimat tadi dikatakan.   Tidak apa-apa. Kita masih kaya akan harapan untuk jumpa. Masih sama-sama berusaha untuk percaya bahwa kata ‘nanti’ dan ‘sebentar lagi’ ini akan digantikan dengan ‘besok aku sampai di Jogja, dek.’ Kita hebat, benar? Tetap saling jaga meski berjauhan, saling menguatkan meski sama-sama sedang rapuh,   saling percaya meski ada banyak sekali ragu yang dipendam diam-diam. Kita hebat sebagai pasangan yang cobaannya adalah jarak dan waktu. Semoga nyala api untuk mau terus berusaha tetap nyala, ya?